Genduk Cempluk (Pt.1) -- Catatan di Kalen Priyayi --
Kalen Priyayi, taun Dal, sasi Sawal, Legi loro.
Kalen priyayi.. kalen priyayi...
jaman semono... jaman ndelik-ndelik menikmati malam di kalen priyayi bersama jeng Kinten yang sekarang sudah diboyong juragan sapi. kalo yang katanya orang-orang gede itu, nostalgia. mungkin ya ini..
jaman semono jeng Kinten di malam ini pasti menyanyi untukku..
"yen in tawang ono lintang.. cah ayu..".. padahal jaman semono belum ada lagu itu. Rindunya.. gemercik air di kalen priyayi. kenapa namanya kalen priyayi? di malam hari di ujung selatan kalen priyayi ramai dengan priyayi-priyayi yang berkumpul, kerlap-kerlip lilin, gendang genjreng, liukan pinggul para penari, lemparan selendang sutra.. priyayi kok pesta tiap malam? tapi ya memang begitulah..
dan dari kejauhan ini aku dan jeng Kinten memandangi indahnya kerlap-kerlip itu dari kajauhan. dari sini, suasana gemerlap para priyayi itu hanya pemandangan kecil yang menambah indahnya malam-malamku bersama sahabatku jeng Kinten, membuat mimpi dan menyambungnya dengan mimpi yang lain.
Ah lagi-lagi rindu jeng Kinten, kenapa mau dipersunting sama juragan sapi gendut itu. maksudnya juragan dan sapinya sama-sama gendut. bukan salah jeng Kinten, orangtuanya banyak berhutang. Si juragan gendut itu mau membayar hutang-hutang orangtua jeng Kinten kalau jeng Kinten jadi istrinya. kok seperti siti nurbaya? tapi ini memang jamane semono, jamane si siti.
(bersambung)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home