Kadang benar-benar niat Kadang hanya menulis apa yang terpikir Kadang cuma sekedar caci maki Kadang ungkapan cinta Kadang hanya ingin pamer...

Monday, April 17, 2006

Seputar Gigi

Aku tak pernah takut kalau harus ke dokter gigi. bahkan sejak kecil dulu. karena buatku ke dokter gigi tidak menyakitkan seperti kata orang-orang. biasa aja. ngebornya ngga ngilu. cuma ya kalo lagi pas nyerempet ke daerah yang bolong memang ngilu. dikiiit... itu juga sebentar. suara bor nguing nguing nya memang ngilu, tapi bukan ngilu di gigi, tapi ngilu di kuping. seperti mendengar gesekan kuku di papan tulis.. iiigghh.. dan soal gigi bolong, dari kecil aku cukup disiplin. tak pernah menunda-nunda sampai bolong gede baru ke dokter. soalnya aku tahu kalau lebih lama akan lebih ngilu.

Dulu, waktu gigiku semua masih gigi susu, gigiku bagus, putih dan rapi seperti gigi anak-anak yang jadi model iklan pasta gigi di tv. tapi entah kenapa waktu gigiku satu per satu ganti jadi gigi yang sebenarnya dah tak akan terganti lagi kecuali dengan gigi palsu, gigiku tak secantik yang dulu. dua gigi depan bagian atas tumbuh besar-besar seperti kelinci dan ujungnya keriting. kemudian susunan gigi-gigi yang lain juga tak serapi waktu gigiku masih susu.

Sikat gigi sebelum tidur bukan kebiasaanku. karena kalau sudah ngantuk malas sekali kalau harus menggosok-gosok gigi dengan dengan sesuatu yang pedas rasanya. jadilah gigiku sekarang bolong-bolong.

Bolong pertama adalah waktu SD (kalau tidak salah), di geraham kanan atas. pertama kali menambal ke dokter gigi, dokter gigi dan asistennya memuji gigiku yang tak ada bolong, yah baru satu itu bolongnya, yang mau digarap si dokternya. untuk bolong pertama ini, aku tidak ingat kenapa tapi sampai ganti-ganti dokter. yang ambil keputusan ibuku tentu saja. pertama sama dokter perempuan yang kliniknya ada di komplek rumah. terus ke dokter laki-laki yang sudah sepuh yang kata ibuku lebih jago. trus ke dokter perempuan di rumah sakit.

Bolong pertama ini bolak-balik copot tambalannya, entah berapa kali. sekarang jadi bolong besar karena terakhir waktu tambalannya copot lagi, sebagian mahkota giginya ikut patah.

Tapi lama-lama ke dokter gigi jadi sesuatu yang bikin malas. bukan karena takut, masih tidak takut. hanya karena menambal gigi itu prosesnya bolak-balik ke dokter dan untuk dokter gigi yang bagus biayanya juga tidak murah.
ada dokter gigi langganan di bandung, yang memang canggih, baik skill maupun fasilitasnya--setelah bolak-balik ke dokter yang biayanya miring tapi hasilnya mengecewakan-- untuk tambal sementara saja Rp.75.000, padahal paling tidak harus tambal sementara dua kali. nah, tambal terakhir yang finishingnya sekitar dua ratus ribuan. gimana nggak pegel?

Hari ini setelah pulang ke solo aku ke dokter gigiku yang dulu, dokter perempuan di rmah sakit. nah kalau yang ini canggih dan murah. sekali datang, satu bolong tiga puluh ribu. dan ternyata sudah ada empat bolong di gigiku. yang dua sudah tertambal dan yang dua lagi belum.

Hmmmm... ingin punya gigi bagus kok tidak semudah itu ya? aku pernah mau pakai kawat gigi, karena merasa gigi depanku agak maju. tapi ternyata harus dicabut empat gigi sehat supaya ada tempat untuk pergeseran giginya. akhirnya tak jadi, apalagi ibuku waktu itu bilang begini "memangnya kamu kalau ciuman, giginya tabrakan?" (yang bilang ibuku, lho..)

Ke dokter gigi tetap bukan masalah keberanian sampai saat ini. paling bolak-baliknya itu. yang masih jadi masalah adalah sikat gigi sebelum tidur, supaya gigiku tak bolong-bolong lagi.